Hari ini; hari yang istimewa bagi orang nomor satu di negeri
kita tercinta, Indonesia. Bapak Presiden Jokowi merayakan ulang tahunnya yang ke-59 tahun.
Rasa-rasanya ini adalah momen yang membahagiakan dan juga menantang; merayakan
ulang tahun di tengah pandemic korona; bagi seorang pemimpin negara yang harus menjadi
teladan dalam berjaga jarak (gimana mau ngerayain hhh...). Dari media-media komunikasi baik online maupun cetak, saya menemukan rangkaian
ucapan, harapan, dan doa yang dilantunkan warganya melalui media sosial.
Beberapa pemimpin negara lain juga menyempatkan coretan doanya dalam akun
medsosnya untuk sang Pemimpin, Sang Revolusioner (personally).
Barangkali Remahers mengetahui persis tanggal dan tahun
kelahirannya. Saya hanya ingin memuat kembali narasi ini berdasarkan hasil
pembacaan saya atas sebuah buku yang ditulis oleh Edi Elison, Bung Karno dan
Jokowi Pemimpin Kembar Beda Zaman, tentunya ada beberapa perubahan dan logika
Bahasa yang saya renarasikan di sini. Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni 1961, mirip
dengan tahun kelahiran ayah kandung saya (bedanya adalah seorang Jokowi menahkodai
keluarganya dan jutaan warga masyarakat, sedangkan yang satunya; my father, menjadi
pejuang bagi keluarga kami. Jika kita mengenal baik Presiden Soekarno, tentu
kita akan tahu beberapa kesamaan antara kedua tokoh ini. Tanggal dan bulan kematian Presiden pertama
kita, Sang Proklamator kemerdekaan Ir. Soekarno merupakan tanggal kelahiran
Presiden Ir. Joko Widodo.
Saya ingin mengisahkan
beberapa hal yang menarik dari mereka yang lahir pada bulan Mei dan Juni. Sebenarnya
ada beberapa hal menarik bagi mereka yang lahir berkisar antara bulan ini. Tanggal
kelahiran mereka biasanya jatuh pada zodiak Gemini. Berdasarkan ilmu astrologi
zodiak Gemini dilambangkan oleh dua orang kembar Castor and Pollux, zodiak ini
berasal dari konstelasi Gemini 21 Mei – 21 Juni yang mengandung elemen angin,
kualitasnya berubah-ubah dan berdomisili di Merkurius – lambang kecerdasan. Geminian
punya hobi membaca dan melakukan perjalanan ke mana saja. Kelahiran 1 – 10
Juni masuk dalam dekan kedua yang dikuasai Merkurius dan Mars, orang-orang
dalam lingkup ini terindikasi lebih aktif dan dinamis daripada Gemini dekan
pertama 22 – 31 Mei. Presiden kita saat ini, Joko Widodo berzodiak Gemini,
ia masuk Gemini dekan 3 yang dipengaruhi kombinasi Merkurius dan Matahari. Golongan
ini termasuk pemilik kecerdasan yang tinggi, dapat beradaptasi dengan sempurna
selalu ingin tahu, punya semangat seperti bintang, dan mudah bersosialisasi
(Elison, 2018).
Ibu Jokowi bernama Hj. Sudjiatmi, ayahnya bernama Noto
Mihardjo, awalnya Joko Widodo diberi nama Moeljono. Ketika Jokowi dilahirkan
ibunya baru berusia 18 tahun dan Ayahnya belum mendapatkan pekerjaan yang
tetap. Joko Widodo disekolahkan di Sekolah Dasar Negeri 112 Tirtoyoso, dan
lanjut ke Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta. Selepas dari
bangku sekolah menengah pertama, ia melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Atas
Negeri 6 Surakarta. Selepas SMA, sebagaimana keinginan anak-anak zaman itu untuk
melanjutkan studinya di sebuah universitas, Jokowi selanjutnya melanjutkan
studinya di Fakultas Kehutanan Jurusan Perkayuan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Setelah menikah dengan Ibu Iriana Jokowi dikarunia 3 orang
anak: Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep. (masih banyak
hal yang belum dikisahkan tentang Jokowi. Seorang pemimpin Negera memiliki
jutaan kisah, dan saya yakin narasi ini tidak bisa menceritakan semua
tentangnya).
Sebagaimana saya narasikan sebelumya di atas bahwasanya Jokowi
dan Soekarno memiliki beberapa kemiripan. Soekarno lahir di sebuah rumah di
gedung Paneleh, Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai,
seorang bangsawan Bali dari kasta Brahmana. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosotrodihahardjo. Soekarno lahir di bantu oleh seorang dukun kampung bernama
Mbah Darmo. Dia lahir kala fajar menyingsing. Orang tuanya memberi nama bayi
itu Koesno, karena sering sakit maka namanya diganti menjadi Karno. Kalimat
terakhir inilah yang memiliki kemiripan peristiwa dengan Jokowi. Moeljono –
Koesno = Jokowi – Soekarno. Tinggi Soekarno 172 CM dan Jokowi lebih tinggi 3 CM
(175 CM) diatas Bung Karno.
Cendekiawan cerdik Ikrar Nusa Bhakti pada Kata Pengantar buku Jokowi
yang ditulis Jeffry Geovanie, menulis “Jokowi memang bukan keturunan biologis
Soekarno, tapi ia bisa dikatakan anak ideologis Soekarno yang mencita-citakan
bangsa ini berdiri tegak sejajar dengan bangsa-bangsa Barat dan Bangsa Asia
yang telah maju lebih dulu”. Ideologi dan cita-cita kedua tokoh ini terekam
dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Salah satu contoh kesamaan ide
mereka (ada banyak hal yang mirip) adalah pandangan mereka tentang perempuan
atau ibu. Bagi mereka, ibu adalah figur paling menentukan dalam hidup. Bukan
hanya karena ucapan atau nasihatnya, tetapi juga karena keteladanan sikap dan
perbuatan keseharian sang ibu. Pada Peringatan hari ibu 22 Desember, Soekarno
pernah mengutip pernyataan seorang pemimpin perempuan Henriete Roland Holst Van
der Schalk, ‘perempuan itu seperti seekor keledai yang menarik dua kereta,
bebannya ada dua bukan satu: beban
masyarakat dan beban rumah tangga. Perempuan
tidak bisa menjadi manusia masyarakat saja, perempuan adalah manusia rumah
tangga, ia juga manusia ibu, dan merupakan manusia istri’ (Pidato Hari Ibu 22
Desember 1960). Artinya peran perempuan sangat berarti dalam seluruh perjalanan
hidup. Keprihatinan bung Karno terhadap kaum perempuan tampak dalam ajaran
trilogi, yang mana perempuan tidak hanya berfungsi sebagai kanca wingking (teman di
belakang) kaum lelaki, bung Karno menurunkan ajaran trilogi yaitu nationalegeest, (semangat kebangsaan), nationale-wil (kemauan nasional) dan nationale-dad (amal perbuatan nasional).
Akhirnya, Jokowi dan Soekarno adalah pemimpin negeri yang sangat mencintai dan mengorbankan hidupnya demi kebaikan Bersama, demi perubahan sebuah bangsa. Ada pepatah yang selalu digemakan Soekarno, Tat twam asi, aku adalah dia dan dia adalah aku. Ini berarti kita butuh bertindak seolah-olah kita sedang bertindak untuk diri kita sendiri. Kemampuan kita untuk melihat yang lain sebagai ‘aku’ akan melahirkan sebuah perubahan besar. Bung Karno menyatakan bahwa semua hal bisa diubah; itulah revolusi dalam buku Indonesia Menggugat; revolusi adalah, alle umgestaltung von grand aus, umgestaltung artinya perubahan, von grand aus, dasar-dasarnya dan akar-akar dijungkirbalikkan. Keadaan yang lapuk dijungkirbalikkan, diganti dengan keadaan yang baru, itulah revolusi, tidak hanya moord en doodslag, tidak hanya bunuh membunuh, tidak hanya bom-boman, dan dinamit-dinamitan. Dari jaman perjuangan hingga saat ini, menjadi pemimipin yang berintegras, berjuang untuk merubah adalah panggilan pemimpin sejati. Revolusi mental khas Jokowi adalah kelanjutan dari revolusi sampai akar-akarnya Bung Karno. Perubahan adalah kehendak dari setiap warga masyrakat. Filsuf Pythagoras “tidak ada sesuatu yang terlalu mudah, tetapi setiap hal akan menjadi sulit ketika Anda enggan mengerjakannya”. Alon-alon waton kelakon: slow asal tercapai. Selamat ulang tahun Sang Revolusioner, Joko Widodo.
Jogjakarta
21 Juni 2020