Senin, 29 Juni 2020

MISA LIVE STREAMING

Pengantar

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan setiap pribadi untuk selalu berada dalam lingkaran relasi dengan orang lain. Gereja Katolik dalam ajaran dan praktik hidup rohaninya sangat menekankan aspek perjumpaan. Hampir banyak kegiatan dalam Gereja melibatkan banyak orang, ada dalam relasi perjumpaan. Pada saat orang merayakan Ekaristi, di sana juga terjadi perjumpaan antara umat dengan umat; antara umat dengan Tuhan. Ada perjumpaan horisontal dan vertikal. Masih banyak lagi kegiatan gereja yang melibatkan banyak orang, artinya di berbagai kegiatan gerejani tersebut terjadi perjumpaan langsung.

Akhir-akhir ini pertemuan (perjumpaan) masal dalam kegiatan masyrakat umum dan gereja khususnya dibatasi dan bahkan ditiadakan demi menghindari penyebaran dan penularan wabah covid-19. Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan kebiasaan perjumpaan. Umat yang pada umumnya selalu berkumpul bersama di gereja untuk merayakan Ekaristi, terpaksa harus menghentikan kegiatan rohani tersebut. Sebagai institusi yang berada dalam lingkup dan tanggung jawab negara, Gereja tentu mengikuti anjuran yang diputuskan oleh negara. Ada hubungan antara gereja sebagai institusi dengan negara yang mengayomi institusi tersebut. Gereja di Indonesia memutuskan untuk tidak merayakan perayaan Ekaristi secara langsung di Gereja tetapi secara online, sebagaimana anjuran pemerintah untuk membatasi perkumpulan dan pertemuan massal.

Perayaan Ekaristi live streaming

            Kevin Kelly, dalam artikel Eucharist and Violence, mengartikan Ekaristi sebagai sakramen persatuan yang menunjukkan kesatuan umat kristiani dalam satu tubuh Kristus dan tanda persatuan seluruh keluarga umat beriman. Konstitusi Suci tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium artikel 10 mendefinisikan perayan ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan Gereja. Dalam Sacrosanctum Concilium artikel 48 sangat ditekankan tindakan partisipatif umat beriman dalam perayaan ekaristi. Pandemi covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial skala besar membuat Gereja memikirkan opsi lain, agar Gereja (umat Allah) bisa tetap berpartisipasi di tengah wabah covid-19 ini. Gereja memutuskan untuk merayakan perayaan ekaristi secara live streaming. Mgr. Rubyatmo melalui Youtube, menjelaskan bahwa secara teologi dan liturgi misa streaming dan misa secara langsung di Gereja berbeda, tetapi memiliki nilai yang sangat mendalam. Misa streaming diadakan karena kerinduan atau keinginan umat untuk menyambut santapan Sabda dan santapan Tubuh Tuhan. Walaupun di tengah pandemi covid 19, hanya melalui komunio spiritual, tetapi kerinduan umat untuk berjumpa dengan Tuhan bisa terpenuhi.

Misa live streaming diadakan juga sebagai cara Gereja untuk bersolider dengan umat manusia. Artinya dengan diadakan misa live streaming Gereja turut bekerja sama untuk memberi tanggung jawab moral pada kemanusiaan. Dalam konteks pandemi, Gereja memutuskan mata rantai penyebaran virus dengan tidak mengadakan pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang. Kelompok menilai ini  adalah komitmen nyata Gereja terhadap kebaikan dan keselamatan bersama; bentuk solidaritas Gereja, tanggung jawab Gereja. Perayaan Ekaristi akan menjadi nir makna jika tidak berefek pada praksis hidup baik.

Perayaan Ekaristi live streaming dan pengaruhnya pada hidup umat beriman

            Secara paradoks pandemi Covid-19 bisa menjadi sebuah rahmat dan anugerah bagi umat beriman. Bukan berarti kelompok, meremehkan kengerian pandemi yang telah memakan jutaan korban. Pandemi ini bisa menjadi acuan untuk memperbaiki apa yang salah dan bagaimana menerapkan hidup yang lebih baik. Ketergerakan Gereja  untuk bertindak bisa menjadi momen penebusan bagi panggilan kemanusiaan kita. Saya melihat Ekaristi online sebagai gerakan solider Gereja.

            Iman umat semakin bertumbuh dan menjadi semakin sadar bahwa ada kebutuhan akan kehadiran Tuhan. Hal ini senada dengan pernyataan Paus Fransiskus, life after pandemi ‘iman bertumbuh ketika ada kesadaran bahwa kita membutuhkan keselamatan’ (faith begins when we realize we are in need of salvation). Iman umat semakin teguh dan kokoh dalam menghadapi pandemi. Wabah membuat umat semakin berkanjang dalam doa. Doa menjadi sebuah harapan yang kokoh apalagi ketika harapan tersebut serasa sulit untuk dicapai. Pada saat merayakan Adorasi 27 Maret 2020, Paus Fransiskus menegaskan bahwa doa berarti mendengarkan dan membiarkan diri diliputi pengalaman hidup, mengakui bahwa kita membutuhkan Tuhan, merenungkan Tubuh Tuhan dan melaksanakan apa yang telah dilaksanakan-Nya. Doa juga berarti belajar dari Yesus untuk menerima penderitaan dan mengikutinya dalam jalan penderitaan dan belajar dari Maria yang selalu rendah hati

Ekaristi live streaming: solidaritas Gereja di tengah wabah Covid-19

Setiap orang yang merayakan Ekaristi adalah mereka yang hidup di dalam realitas dunia yang kompleks. Perayaan Ekaristi selalu ditempatkan dalam konteks dan situasi. Konon ketika Jemaat Perdana tidak bisa merayakan perjamuan, mereka melaksanakanya secara sembunyi-sembunyi. Seiring perkembangan zaman, dunia yang tidak pernah menetap pada situasi, masa, atau kehidupan tertentu, melainkan selalu pada proses perubahan yang memiliki konsekuensi tetap, yaitu baik atau buruk, merugikan atau menguntungkan. Sehingga benar adanya bahwa Perayaan Ekaristi sangat perlu untuk ditempatkan di dalam situasi real bagi mereka yang merayakannya. Artinya ada pertimbangan sosial yang ditekankan dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Dengan mempertimbangkan situasi atau konteks di mana Perayaan Ekaristi diadakan, secara tidak langsung telah menampakkan suatu wajah kepekaan terhadap hidup manusia itu sendiri, dan ini adalah solidaritas.

Secara antropologis prinsip solidaritas mencakup keyakinan setiap pribadi membutuhkan sesama (homo homini socius) dan setiap pribadi bertanggung jawab dengan perkembangan diri dan hidup bersama (bdk. CB.Mulyatno). Solidaritas merupakan panggilan setiap orang untuk mewujudkan tanggung jawab sosial dan mengembangkan hidup bersama secara manusiawai dan menyeluruh. Di saat konteks pandemi seperti sekarang ini, solidaritas menjadi hal yang harus ditekankan dalam praksis hidup. Artinya bukan hanya sederetan pemimpin seperti pemimpin negara, agama, para tenaga medis dan para peneliti di bidang kesehatan, tetapi ini menjadi tanggung jawab setiap pribadi. Tanggung jawab pribadi bukan berarti terlepas dari tujuan yang sama, karena setiap pribadi adalah makhluk sosial yang memiliki martabat yang sama.

Ajaran Sosial Gereja yang termuat dalam dokumen Konsili Vatikan II dan khususnya dalam Gaudium et Spes artikel 1 ‘kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga’. Pernyataan ini menegaskan pentingnya solidaritas warga Gereja dalam membangun dan mengawal perkembangan hidup bersama. Solidaritas itu berpangkal dari penghayatan dan komitmen iman untuk menanggapi dan mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah konkrit hidup manusia demi perkembangan hidup bersama. Solidaritas berhubungan erat dengan perjuangan membela martabat hidup manusia dan perwujudan penyelamatan Allah dalam dunia dalam hidup bersama. Jadi, Perayaan Ekaristi live streaming adalah salah satu bentuk solidaritas Gereja demi membangun hidup bersama dalam pluralitas masyrakat.

Kesimpulan

Allah yang bersolider dengan umat-Nya, dengan cara-Nya sendiri yakni sengsara, wafat dan bangkit, juga mengajak para pengikut-Nya untuk melakukan hal yang sama terhadap sesama bahkan kepada mereka yang tidak mengenal Kristus. Panggilan untuk bersolider diejahwantahkan oleh Gereja Katolik di tengah pandemi ini. Solidaritas bukan hanya dengan sesama manusia (antroposentris). Pandemi mengajarkan manusia banyak hal, salah satunya juga untuk lebih perhatian kepada ibunda bumi, semesta dan sesama yang lain. Paus Fransiskus menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat manusia. Sebagai makhluk yang berada dalam relasi dengan bumi ‘kita telah gagal dalam mempertanggungjawabkan tugas sebagai penjaga dan pelayan bumi’ Gejolak yang mestinya ada dalam diri kita saat ini adalah menjadi sandaran bagi sesama, (diri sendiri, sesama dan alam)  dengan peduli dan bertanggungjawab. Kepedulian atau solider diartikan dengan ketaatan kita pada anjuran pemerintah. Gereja Katolik telah menanggapi panggilan solidaritas dengan mengadakan perayaan misa online.

Yogyakarta, Juni 2020

Fransiskus Sardi