Mengembangkan
budaya kritis dalam dunia pendidikan adalah tujuan esensi dari proses
pendidikan itu sendiri. Sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya
juga, pada umumnya mengedepankan sikap,
dan nilai kritis demi membangun dan melahirkan generasi-generasi yang
berkualitas. Term kritis menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘sikap tidak mudah percaya atau selalu
berusaha untuk menemukan kesalahan dan kekeliruan, mempertanyakan dan meragukan
kesahihan suatu pernyataan, atau tindakan, dengan analisa yang tajam (analisis
kritis). Definisi ini berhubungan dengan logika atau cara berpikir kritis. Lazimnya,
ukuran berkualitas atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan ditentukan sejauh
mana lembaga tersebut berhasil mencetak output-output
yang berkualitas.
Teknologi, khususnya dalam bidang sosial media telah
menawarkan kemudahan dan juga keruwetan bagi mahasiwa zaman now. Berhadapan dengan kemajuan
teknologi khususnya bidang media sosial, para mahasiswa ditempatkan pada dua
kemungkinanan dasar, yakni mampu menguasai teknologi atau malah dikuasai oleh
teknologi. Pribadi yang
mampu menguasai teknologi mampu untuk mengendalikan teknologi, sedangkan
pribadi yang dikuasai oleh teknologi akan dikendalikan oleh teknologi. Keadaan
dikuasai teknologi atau menguasai teknologi adalah pilihan yang bisa ada jika user memiliki kemampuan untuk berpikir
kritis.
Kata kritis memiliki dua makna, yang
pertama berarti sikap tidak mudah percaya atau selalu berusaha untuk menemukan
kesalahan dan kekeliruan dari suatu pernyataan atau tindakan, dan analisa yang
tajam (analisis kritis). Yang kedua, kritis juga bisa diartikan sebagai situasi
krisis, gawat, genting, dalam keadaan yang paling menetukan berhasil atau
gagalnya suatu usaha. Definisi
yang kedua ini lebih berkaitan dengan suatu keadaan manusia, alam, dan binatang
atau pun ciptaan pada umumnya. Bertolak dari definisi tersebut penulis melihat
bahwa perkembangan teknologi membawa manusia pada situasi kritis yang mana
membawa pada hal yang ruwet dan juga menawarkan kemudahan sehingga melahirkan
pola pikir yang serba instan, karenanya diperlukan sikap kritis atau dengan
lain kata mengkritisi perkembangan teknologi.
Mengkritisi bukan berarti menjauhkan diri tetapi selalu
melihat nilai positif dari perkembangan dan kemajuan teknologi. Memanfaatkannya
dan menggunakan pengaruh perkembangan dan kemajuan teknologi untuk kepentingan
dan kebaikan personal, bersama, dan alam. Ketika setiap mahasiswa memanfaatkan
dan menggunakan kreasi teknologi sebagai hal yang baik dan benar maka disaat
itulah sebenarnya tumbuh generasi yang kritis. Kekritisan yang mau ditekankan
di sini bukanlah tentang keadaan, tetapi lebih pada pola pikir dalam diri.
Mahasiswa yang kritis tidak mudah percaya pada apa saja, ia selalu melakukan
investigasi dan verifikasi lanjutan demi mencapai suatu nilai informasi yang
kritis.
Salah satu dari 10 skilss yang ditawarkan oleh World Economic Forum: the 10
skills you need to thrive in the fourth industrial revolution tahun 2016
adalah cara berpikir kritis (critical thingking).
Setiap orang diharapkan paling tidak memiliki kemampuan berpikir kritis
ditengah pesatnya perkembangan dunia. Di era revolusi industri 4.0 saat ini ada banyak
kemudahan dalam mengakses berbagai materi pendidikan atau bahan perkuliahan.
Pengetahuaan dan informasi yang dulu hanya bisa didapat ketika seorang
mengikuti proses belajar di kelas dan dalam bentuk formal kini bergeser dengan
mudahnya diakses melalui media online, yang merupakan buah dari perkembangan
teknologi.
Menurut
Widodo Budhiharto, opini Kompas 8 November 2019, Pendidikan di era 4.0 merupakan
istilah umum yang dipakai para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan
beragam cara dalam mengintegrasikan teknologi siber (cyber
technology) baik secara fisik maupun tidak ke dalam dunia pembelajaran. Ujung
dari revolusi industri 4.0 adalah otomasi untuk efisiensi dan kinerja handal.
Oleh karena itu, mahasisiwa harus punya wawasan yang luas serta disiapkan
kemampuan critical thingking, yaitu
mampu menemukan cara alternatif untuk mengerjakan sesuatu dan bekerja dalam
batasan tertentu sehingga menghasilkan solusi yang lebih efisien.
Kemampuan
mengkreasi adalah hal yang mungkin bisa ada ketika seorang mahasiswa
menggunakan nalar kritisnya untuk menilai dan memahami apa yang akan menjadi
tuntutan dan kebutuhan zaman. Kebutuhan dan trend di setiap zaman selalu
berubah, karenanya memahami trend dan minat dari zaman tersebuta adalah hal
yang harus ada dalam diri para mahasiswa. Kemampuan memahami dan mengetahui
tuntutan zaman adalah hal yang mungkin bisa terjadi ketika sesorang memahami
cara berpikir kritis. Mahasiswa kritis selalu bisa membuat komparasi antara
kebenaran dan kedungguan. Menjadi mahasiwa kritis di era teknologi berarti
selalu berusaha menciptakan hal baru dengan tujuan membangun nalar kritis
bangsa.
Presiden
Jokowi dalam satu kesempatan presidential
lecture di depan ribuan CPNS menegaskan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)
harus bersaing dengan teknologi, mesin dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Perubahan
dunia sangat cepat oleh karena itu komunitas-komunitas dan lembaga-lembaga
akademis mestinya memiliki sikap siap sedia untuk menanggapi perkembangan dunia
yang cepat tersebut. sekolah-sekolah diharapkan bergerak cepat agar sesuai
dengan kecerdasan dan dinamika digital.Bergerak cepat dan respon
cepat adalah harapan yang diutarakan oleh jokowi. Menanggapi hal ini saya
melihat bahwasannya pendidikan di Indonesia haruslah pendidikan yang bisa
menggunakan media-media teknologi yang telah merembes ke pelosok-pelosok Negara
Indonesia.
Yogyakarta, 09 Juni 2020
Fransiskus Sardi
BELAJAR BERSAMA SAMPAI AKHIR
BELAJAR BERSAMA SAMPAI AKHIR |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar